Papasan Dengan Senyum Manis
Tidak mudah jadi seorang jurnalis.
Kadang disaat kita sangat menantikan janji mau interview dengan narasumber yang super sibuk dia malah lupa kalau udah janji. Payah la.
Baru baru ini mau wawancara orang yang cukup disegani disuatu daerah. Sudah buat janji jam 8 Pagi, terpaksa ku bangun cepat agar tidak kesiangan menemuinya langsung kekantor tempat dia bekerja.
Setiba dikantor, bawahannya nyamperin aku dan bilang kalau dia gak bisa pagi. Padahal udah janji. Kesel. kabar baiknya, ternyata kita (aku dan rekanku) boleh interview hari itu juga tapi sore jam 4. Oke fix, kita langsung pulang kerumah dan siap-siap mau kekantor tempat kita magang sebagai jurnalis. Jam 2 siang kami sudah pamit mau pulang untuk mempersiapkan alat wawancara nanti. ...
Jam 4 kurang, kami sampai ditempat dan menelfon bapak itu untuk bersiap karena kami sudah menuju ruang kantornya. Jujur, aku dan rekanku gak tau muka narasumber yang mau kami interview itu gimana, setelah itu agar tidak terlalu bodoh, siapa tau berpapasan nanti biar tanda kalau itu orangnya, rekanku searching internet dan nemulah wajah beliau. Difoto terlihat muda dan tidak berkumis. ...
Sambungan menelfon bapak itu. "Assalamu'alaikum, Pak saya *** dari *** yang tadi sudah buat janji mau wawancara, kira-kira kita bisa jumpai bapak dimana ya ?" ucapku dengan nada yang sedikit bergetar. (wajar, dia orang yang cukup disegani didaerah aku magang soalnya dan akupun masih pemula jadi jurnalis).
"Wa'alaikum salam, maaf saya ada rapat.*Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit*" . Gak tau angin apa, beliau langsung mematikan sambungan telfon dariku. (watdehel, serius demi apa dia matiin telfon gitu aja dan bilang mau rapat.. hello. hello.) Positif thinking aja, mungkin dia memang lagi diruang rapat, jadi dia buru-buru matiin telfon.
Oke, gak sampai disitu aja, kurang puas dengan tidak mendapatkan apa-apa karena beliau katanya rapat. Kita langsung menuju kantor, berniat menunggu didepan kantornya. Setelah sampai didepan pintu kantornya, keluarlah seorang laki-laki beruban dan tidak terlalu tinggi untuk ukuran seorang laki-laki. Kami berpapasan dan sama-sama melempar senyum. Saat berpapasan aku memutar otak, "apa itu bapak itu ya ? kayaknya ia, eh tapi keknya engga deh. ahh". Rekanku juga memikirkan hal yang sama, setelah beliau sudah jalan agak jauh dan mendekati mobilnya rekanku mencari gambar lain dari wajahnya di internet. Daaaaan ternyata benaaar. Beliau orang yang mau kami interview. Kami lewatkan begitu saja dengan saling lempar senyuman manis. (Luaaaaaaaaaaaaaaar biasaaaaaaaaaaaaa). Setelah tahu kalau beliau orangnya, kami melihat parkiran dan ternyata dia sudah pergi dengan mobil Kijang Hijaunya.
(Merasa bodoh karena ini sudah kedua kalinya melewatkan sesuatu yang bernilai jurnalistik. Dan bodohnya pengalaman ini juga dengan rekan yang sama ku alami.)
Kecewa dan merasa bodoh, aku dan rekanku menghibur diri, dengan foto-foto ditempat beliau bekerja, kebetulan tempat dia bekerja juga dijadikan tempat wisata.
Mungkin itu sedikit pahitnya di phpin sama narasumber. Masih banyak lagi sih, tapi yang ini memang lagi pengen di post, jadi ini dulu yang ditulis.
Mungkin setelah ini aku bakal ngeshare manisnya jadi jurnalis.
Anyeeeeong.
Maaf pembendaharaan kataku gak konsisten karena aku memang orangnya agak sedikit plinplan.
Oia, nanti juga bakal ku bagitau siapa rekanku liputan yang sudah dua kali dapat moment begini bareng-bareng.
Aaah pokoknya nanti bakal aku ceritain lagi deh apa aja.
Kadang disaat kita sangat menantikan janji mau interview dengan narasumber yang super sibuk dia malah lupa kalau udah janji. Payah la.
Baru baru ini mau wawancara orang yang cukup disegani disuatu daerah. Sudah buat janji jam 8 Pagi, terpaksa ku bangun cepat agar tidak kesiangan menemuinya langsung kekantor tempat dia bekerja.
Setiba dikantor, bawahannya nyamperin aku dan bilang kalau dia gak bisa pagi. Padahal udah janji. Kesel. kabar baiknya, ternyata kita (aku dan rekanku) boleh interview hari itu juga tapi sore jam 4. Oke fix, kita langsung pulang kerumah dan siap-siap mau kekantor tempat kita magang sebagai jurnalis. Jam 2 siang kami sudah pamit mau pulang untuk mempersiapkan alat wawancara nanti. ...
Jam 4 kurang, kami sampai ditempat dan menelfon bapak itu untuk bersiap karena kami sudah menuju ruang kantornya. Jujur, aku dan rekanku gak tau muka narasumber yang mau kami interview itu gimana, setelah itu agar tidak terlalu bodoh, siapa tau berpapasan nanti biar tanda kalau itu orangnya, rekanku searching internet dan nemulah wajah beliau. Difoto terlihat muda dan tidak berkumis. ...
Sambungan menelfon bapak itu. "Assalamu'alaikum, Pak saya *** dari *** yang tadi sudah buat janji mau wawancara, kira-kira kita bisa jumpai bapak dimana ya ?" ucapku dengan nada yang sedikit bergetar. (wajar, dia orang yang cukup disegani didaerah aku magang soalnya dan akupun masih pemula jadi jurnalis).
"Wa'alaikum salam, maaf saya ada rapat.*Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit*" . Gak tau angin apa, beliau langsung mematikan sambungan telfon dariku. (watdehel, serius demi apa dia matiin telfon gitu aja dan bilang mau rapat.. hello. hello.) Positif thinking aja, mungkin dia memang lagi diruang rapat, jadi dia buru-buru matiin telfon.
Oke, gak sampai disitu aja, kurang puas dengan tidak mendapatkan apa-apa karena beliau katanya rapat. Kita langsung menuju kantor, berniat menunggu didepan kantornya. Setelah sampai didepan pintu kantornya, keluarlah seorang laki-laki beruban dan tidak terlalu tinggi untuk ukuran seorang laki-laki. Kami berpapasan dan sama-sama melempar senyum. Saat berpapasan aku memutar otak, "apa itu bapak itu ya ? kayaknya ia, eh tapi keknya engga deh. ahh". Rekanku juga memikirkan hal yang sama, setelah beliau sudah jalan agak jauh dan mendekati mobilnya rekanku mencari gambar lain dari wajahnya di internet. Daaaaan ternyata benaaar. Beliau orang yang mau kami interview. Kami lewatkan begitu saja dengan saling lempar senyuman manis. (Luaaaaaaaaaaaaaaar biasaaaaaaaaaaaaa). Setelah tahu kalau beliau orangnya, kami melihat parkiran dan ternyata dia sudah pergi dengan mobil Kijang Hijaunya.
(Merasa bodoh karena ini sudah kedua kalinya melewatkan sesuatu yang bernilai jurnalistik. Dan bodohnya pengalaman ini juga dengan rekan yang sama ku alami.)
Kecewa dan merasa bodoh, aku dan rekanku menghibur diri, dengan foto-foto ditempat beliau bekerja, kebetulan tempat dia bekerja juga dijadikan tempat wisata.
Mungkin itu sedikit pahitnya di phpin sama narasumber. Masih banyak lagi sih, tapi yang ini memang lagi pengen di post, jadi ini dulu yang ditulis.
Mungkin setelah ini aku bakal ngeshare manisnya jadi jurnalis.
Anyeeeeong.
Maaf pembendaharaan kataku gak konsisten karena aku memang orangnya agak sedikit plinplan.
Oia, nanti juga bakal ku bagitau siapa rekanku liputan yang sudah dua kali dapat moment begini bareng-bareng.
Aaah pokoknya nanti bakal aku ceritain lagi deh apa aja.
Komentar
Posting Komentar